Minggu, 03 Januari 2016




GOLOK YANG USANG


Di suatu hutan tinggalah sebuah keluarga beruang, ayah bernama Kafo bekerja sebagai pencari kayu bakar, ibu bernama Rumin bekerja sebagai pembuat kue untuk dijual di pasar, dan Bobi sang anak beruang yang kecil nan lincah, dia rajin membantu kedua orang tuanya.
            Suatu hari ayah Bobi pergi ke hutan seperti biasa untuk mencari kayu bakar, Bobi tidak ikut karena harus mengantar ibu ke pasar menjual kue buatan ibu. Sepulang dari pasar mereka begitu gembira karena dagangan ibu habis terjual.
Bobi berlari menuju rumah dan berteriak “ayah..ayah..liaht kami pulang bawa uang banyak ayaaahh…” dicari ayahnya ke tempat penyimpanan kayu bakar tetapi tidak ada, lalu Bobi berlari pada ibunya “ibuu..ibuu..ayah belum pulang”. Ibu lalu seperti bersedih, Bobi bertanya, “ibu kenapa bersedih?” ibu menjawab “ahh tidak nak, ibu hanya lelah setelah seharian berjualan, mari masuk rumah nak”.
            Hingga malam hari ayah Bobi belum juga kembali. Ibu menanti dengan setia di pintu rumah, Bobi ikut menanti tetapi karena lelah maka Bobi pun tertidur, ibu dengan gelisah menanti ayah pulang, hingga pagi pun ibu dengan setia menanti.
            Setelah matahari terbit, ibu tertidur di pintu rumah, dan samar terlihat sosok beruang menuju rumah, ibu bangun dengan gembira menyambut suaminya. Dan berteriak kepada Bobi “naaak bangun ayah pulang”. Bobi pun terbangun dan berlarian keluar rumah. Tetapi saat beruang itu mendekat kecewalah hati ibu dan Bobi karena yang pulang adalah Paman Bito adik dari ayah Bobi, hati ibu was-was karena paman membawa golok kesayangan ayah Bobi. Ibu begitu gelisah, Bobi pun bertanya pada Paman Bito, paman…paman…ayah mana?
Paman Bito tertunduk dan berkata “ayah tertembak senapan pemburu dan dibawa mereka, maaf Rumin aku tidak bisa berbuat apa-apa, aku sangat takut dengan kelompok bersenapan itu, ini golok suamimu sebagai kenang-kenangan”. Ibu menerima golok tersebut lalu pingsan. Bobi pun menangis tersedu-sedu di pelukan Paman Bito.
            Beberapa tahun kemudian Bobi sudah menginjak usia dewasa. Suatu hari Bobi pergi ke hutan dengan membawa golok peninggalan ayahnya untuk mencari kayu bakar di dekat danau tanpa ditemani paman Bito. Saat memotong pohon kering tanpa sengaja golok Bobi tercebur ke dalam danau. Bobi pun panik karena itu merupakan peninggalan berharga dari ayahnya.
            Tidak lama kemudian muncul seekor ikan emas ajaib dan kemudian berkata “nak sedang apa kau disini? mengapa kau terlihat sedih dan panik seperti itu?”. Bobi menjawab “aku sedang mencari kayu bakar, lalu golokkuuu…”. Bobi tidak melanjutkan perkataannya lalu ia malah menangis “aduuuh ibuuu bagaimana ini.. ini golok hanya satu-satunya peninggalan dari ayah tetapi aku menghilangkannya”. Bobi menangis tersedu-sedu menyesali kejadian tersebut, karena golok itu adalah sumber mata pencaharian keluarga, ibu sudah tidak lagi membuat dan menjual kue setelah sakit-sakitan semenjak ditinggal ayah.
            Ikan emas itu berkata “sudah nak jangan menangis, memangnya ayahmu sudah meninggal? Meninggal karena apa? Bobi menjawab “iya ayahku sudah meninggal, ditembak manusia dan dibawa oleh mereka”. Ikan emas ajaib itu kembali bertanya “dimana golokmu terjatuh? Mari aku ambilkan”.
Bobi menjawab “di sekitar situ, (menunjuk ke danau tak jauh dari ikan emas berada).
            Kemudian ikan emas tersebut dengan lincah menyelam untuk mencari golok tersebut. Tak lama kemudian ikan emas muncul ke permukaan dengan membawa sebilah golok cantik terbuat dari emas berlapiskan batu permata. “ini golokmu nak?” Bobi terperanjat dan berkata “itu bukan golokku, golokku tidak seperti itu”. Ikan emas menjawab “baiklah aku akan cari lagi golokmu itu” kemudian ikan emas menyelam kembali untuk mencari golok Bobi.
            Bobi masih sedih karena golok peninggalan ayahnya belum ditemukan juga, ia khawatir apabila golok tersebut tidak ditemukan maka akan sangat kecewa ibu dirumah mendengarkan kabar itu. Tak lama ikan emas muncul ke permukaan dan berkata “sudah nak, jangan bersedih lagi, ini golokmu sudah ku temukan”. Bobi loncat kegirangan, tetapi saat melihat sebilah golok yang terbuat dari perak dan sangat besar nan indah Bobi pun berkata “bukan, itu bukan golokku, golokku hanyalah golok biasa, tetapi itu peninggalan ayah, aku sangat menyayangi golok itu”.
            Ikan emas berkata kepada Bobi “baiklah akan aku bantu carikan lagi golok yang kau maksud itu”. Bobi kembali menangis dan memangil-manggil ibu, “ibuuu…maafkan akuuu…golok ayah telah aku hilangkan…”. Lalu ikan emas itu pun kembali “nak golokmu kah ini?” sambil menunjukkan sebilah golok usang bertangkaikan kayu mahoni, Bobi melihat goloknya ditemukan sangat gembira, dan tak henti-hentinya berterima kasih pada ikan emas ajaib.
            Sambil bersujud pada ikan emas ajaib Bobi berkata “Terimakasih ikan yang baik, golok ini sangat berarti bagi saya dan ibu saya”. Tanpa disadari ikan emas itu tiba-tiba hilang. Bobi terkejut mendapati ikan emas ajaib sudah tidak ada. Kemudian Bobi bersiap-siap pulang karena hari sudah petang.
            Tiba-tiba ikan emas ajaib itu muncul kembali ke pemukaan, “nak…kamu anak baik yang sangat menyayangi kedua orang tuamu, kamu juga sangat jujur. Kamu tidak mau mengakui barang yang memang bukan milikmu, sekalipun barang itu sangat berkilau dan terlihat indah. Sebagai imbalan atas kejujuranmu, aku hadiahi golok emas dan golok perak ini untukmu”. Bobi pun sangat senang menerima hadiah itu dan tak henti-hentinya berterima kasih pada ikan emas. Kemudian Bobi pulang dengan gembira dan semangat untuk menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya yang telah menanti kedatangannya di rumah.