GOLOK YANG
USANG
Di suatu hutan tinggalah sebuah keluarga beruang, ayah bernama Kafo
bekerja sebagai pencari kayu bakar, ibu bernama Rumin bekerja sebagai pembuat
kue untuk dijual di pasar, dan Bobi sang anak beruang yang kecil nan lincah,
dia rajin membantu kedua orang tuanya.
Suatu hari ayah Bobi pergi ke hutan
seperti biasa untuk mencari kayu bakar, Bobi tidak ikut karena harus mengantar
ibu ke pasar menjual kue buatan ibu. Sepulang dari pasar mereka begitu gembira
karena dagangan ibu habis terjual.
Bobi
berlari menuju rumah dan berteriak “ayah..ayah..liaht kami pulang bawa uang
banyak ayaaahh…” dicari ayahnya ke tempat penyimpanan kayu bakar tetapi tidak
ada, lalu Bobi berlari pada ibunya “ibuu..ibuu..ayah belum pulang”. Ibu lalu
seperti bersedih, Bobi bertanya, “ibu kenapa bersedih?” ibu menjawab “ahh tidak
nak, ibu hanya lelah setelah seharian berjualan, mari masuk rumah nak”.
Hingga malam hari ayah Bobi belum
juga kembali. Ibu menanti dengan setia di pintu rumah, Bobi ikut menanti tetapi
karena lelah maka Bobi pun tertidur, ibu dengan gelisah menanti ayah pulang,
hingga pagi pun ibu dengan setia menanti.
Setelah matahari terbit, ibu
tertidur di pintu rumah, dan samar terlihat sosok beruang menuju rumah, ibu
bangun dengan gembira menyambut suaminya. Dan berteriak kepada Bobi “naaak
bangun ayah pulang”. Bobi pun terbangun dan berlarian keluar rumah. Tetapi saat
beruang itu mendekat kecewalah hati ibu dan Bobi karena yang pulang adalah
Paman Bito adik dari ayah Bobi, hati ibu was-was karena paman membawa golok
kesayangan ayah Bobi. Ibu begitu gelisah, Bobi pun bertanya pada Paman Bito,
paman…paman…ayah mana?
Paman
Bito tertunduk dan berkata “ayah tertembak senapan pemburu dan dibawa mereka,
maaf Rumin aku tidak bisa berbuat apa-apa, aku sangat takut dengan kelompok
bersenapan itu, ini golok suamimu sebagai kenang-kenangan”. Ibu menerima golok tersebut
lalu pingsan. Bobi pun menangis tersedu-sedu di pelukan Paman Bito.
Beberapa tahun kemudian Bobi sudah
menginjak usia dewasa. Suatu hari Bobi pergi ke hutan dengan membawa golok
peninggalan ayahnya untuk mencari kayu bakar di dekat danau tanpa ditemani
paman Bito. Saat memotong pohon kering tanpa sengaja golok Bobi tercebur ke
dalam danau. Bobi pun panik karena itu merupakan peninggalan berharga dari ayahnya.
Tidak lama kemudian muncul seekor
ikan emas ajaib dan kemudian berkata “nak sedang apa kau disini? mengapa kau
terlihat sedih dan panik seperti itu?”. Bobi menjawab “aku sedang mencari kayu
bakar, lalu golokkuuu…”. Bobi tidak melanjutkan perkataannya lalu ia malah
menangis “aduuuh ibuuu bagaimana ini.. ini golok hanya satu-satunya peninggalan
dari ayah tetapi aku menghilangkannya”. Bobi menangis tersedu-sedu menyesali
kejadian tersebut, karena golok itu adalah sumber mata pencaharian keluarga,
ibu sudah tidak lagi membuat dan menjual kue setelah sakit-sakitan semenjak
ditinggal ayah.
Ikan emas itu berkata “sudah nak
jangan menangis, memangnya ayahmu sudah meninggal? Meninggal karena apa? Bobi
menjawab “iya ayahku sudah meninggal, ditembak manusia dan dibawa oleh mereka”.
Ikan emas ajaib itu kembali bertanya “dimana golokmu terjatuh? Mari aku
ambilkan”.
Bobi
menjawab “di sekitar situ, (menunjuk ke danau tak jauh dari ikan emas berada).
Kemudian ikan emas tersebut dengan
lincah menyelam untuk mencari golok tersebut. Tak lama kemudian ikan emas
muncul ke permukaan dengan membawa sebilah golok cantik terbuat dari emas
berlapiskan batu permata. “ini golokmu nak?” Bobi terperanjat dan berkata “itu
bukan golokku, golokku tidak seperti itu”. Ikan emas menjawab “baiklah aku akan
cari lagi golokmu itu” kemudian ikan emas menyelam kembali untuk mencari golok
Bobi.
Bobi masih sedih karena golok
peninggalan ayahnya belum ditemukan juga, ia khawatir apabila golok tersebut
tidak ditemukan maka akan sangat kecewa ibu dirumah mendengarkan kabar itu. Tak
lama ikan emas muncul ke permukaan dan berkata “sudah nak, jangan bersedih
lagi, ini golokmu sudah ku temukan”. Bobi loncat kegirangan, tetapi saat
melihat sebilah golok yang terbuat dari perak dan sangat besar nan indah Bobi
pun berkata “bukan, itu bukan golokku, golokku hanyalah golok biasa, tetapi itu
peninggalan ayah, aku sangat menyayangi golok itu”.
Ikan emas berkata kepada Bobi
“baiklah akan aku bantu carikan lagi golok yang kau maksud itu”. Bobi kembali
menangis dan memangil-manggil ibu, “ibuuu…maafkan akuuu…golok ayah telah aku
hilangkan…”. Lalu ikan emas itu pun kembali “nak golokmu kah ini?” sambil
menunjukkan sebilah golok usang bertangkaikan kayu mahoni, Bobi melihat
goloknya ditemukan sangat gembira, dan tak henti-hentinya berterima kasih pada
ikan emas ajaib.
Sambil bersujud pada ikan emas ajaib
Bobi berkata “Terimakasih ikan yang baik, golok ini sangat berarti bagi saya
dan ibu saya”. Tanpa disadari ikan emas itu tiba-tiba hilang. Bobi terkejut
mendapati ikan emas ajaib sudah tidak ada. Kemudian Bobi bersiap-siap pulang
karena hari sudah petang.
Tiba-tiba ikan emas ajaib itu muncul
kembali ke pemukaan, “nak…kamu anak baik yang sangat menyayangi kedua orang
tuamu, kamu juga sangat jujur. Kamu tidak mau mengakui barang yang memang bukan
milikmu, sekalipun barang itu sangat berkilau dan terlihat indah. Sebagai
imbalan atas kejujuranmu, aku hadiahi golok emas dan golok perak ini untukmu”.
Bobi pun sangat senang menerima hadiah itu dan tak henti-hentinya berterima
kasih pada ikan emas. Kemudian Bobi pulang dengan gembira dan semangat untuk
menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya yang telah menanti kedatangannya
di rumah.