Selasa, 28 Juni 2016

APRESIASI PROSA-FIKSI_FKIP PGSD UNILA






BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kesusastraan adalah bidang yang termasuk ruang lingkup pembelajaran Bahasa Indonesia di samping kebahasaan. Materi yang tercakup dalam kesusastraan adalah puisi, prosa, dan drama. Di dalam KTSP, dalam pembelajarannya, materi itu terintegrasi dalam empat keterampilan berbahasa (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis). Keterintegrasian materi sastra dalam empat keterampilan berbahasa tersebut tujuannya tiada lain adalah agar para siswa memperoleh dan memiliki pengalaman berapresiasi sastra secara langsung. Dengan pengalaman berapresiasi dan menggauli cipta sastra tersebut secara langsung diharapkan tumbuh pemahaman, penghayatan, penikmatan, dan penghargaan siswa terhadap cipta sastra sehingga siswa dapat memperoleh manfaat dalam memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, meningkatkan pengetahuan, dan kemampuan berbahasa. Dengan berapresiasi sastra, pengetahuan dan wawasan siswa akan bertambah, kesadaran dan kepekaan perasaan, sosial, dan religinya akan terasah, dan akan timbul penghargaan dan rasa bangga terhadap sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Tulisan ini difokuskan untuk membahas pembelajaran apresiasi prosa-fiksi berdasarkan KTSP. Namun, sebelum membahas lebih jauh bagaimana pembelajaran apresiasi prosa-fiksi tersebut dilakukan, penulis akan membahas terlebih dahulu berbagai hal teoritis yang menyangkut apresiasi prosa-fiksi sesuai dengan lingkup materi yang dicantumkan dalam Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.


B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apakah yang dimaksud dengan prosa fiksi?
2.      Apa saja jenis-jenis prosa fiksi?
3.      Unsur-unsur apa saja yang terdapat pada prosa fiksi?
4.      Apa manfaat dari prosa fiksi?
5.      Bagaimana langkah-langkah dalam mengapresiasi prosa fiksi?

C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuannya adalah:
1.      Dapat mengetahui pengertian dari prosa fiksi
2.      Dapat membedakan jenis-jenis prosa fiksi.
3.      Dapat mengetahui unsur-unsur intrinsik karya prosa fiksi.
4.      Dapat menjelaskan cara pengekspresian karya prosa fiksi.














BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Prosa Fiksi
Kata Prosa diambil dari bahasa Inggris, Prose. Kata ini sebenarnya menyaran pada pengertian yang lebih luas, tidak hanya mencakup pada tulisan yang digolongkan sebagai karya sastra, tetapi juga karya non fiksi, seperti artikel, esai dan sebagainya
Agar tidak terjadi kekeliruan, pengertian prosa pada pembahasan ini dibatasi pada prosa sebagai genre sastra. Dalam pengertian kesastraan prosa sering diistilahkan fiksi, teks naratif atau wacana naratif.
Prosa yang sejajar dengan istilah fiksi dapat diartikan : karya naratif yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, tidak sungguh-sungguh terjadi di dunia nyata. Tokoh, peristiwa dan latar dalam fiksi bersifat imajiner. Hal ini berbeda dengan karya non fiksi. Dalam non fiksi, tokoh peristiwa dan latar bersifat faktual atu dapat dibuktikan di dunia nyata.

B.     Jenis-jenis Prosa Fiksi
1). Prosa Modern
Ada beberapa karya prosa fiksi yaitu : cerpen, novelet, novel dan roman

a)      Cerpen (Cerita Pendek)
Sesuai dengan namanya, cerpen dapat diartikan sebagai cerita berbentuk prosa pendek. Cerpen dilihat dari segi panjangnya cukup bervariasi. Ada cerpen pendek (short short story), berkisar 500-an kata. Ada cerpen yang panjangnya cukupan (middle short story), dan ada cerpen yang panjang (long short story) Yang terdiri atas puluhan ribu kata.
Dalam kesusastraan di Indonesia, cerpen yang diistilahkan dengan short short story, disebut dengan cerpen mini. Sudah ada antologi cerpen seperti ini. Misalnya antologi : Ti Pulpen Nepi Ka Pajaratan Cinta. Contoh cerpen-cerpen yang panjangnya sedang (middle short story) misalnya cerpen yang dimuat di surat kabar. Adapun contoh cerpen yang ceritanya panjang (long short story) misalnya cerpen yang dimuat di majalah.

b)      Novelet
Di dalam khasanah prosa, ada cerita yang yang panjangnya lebih panjang dari cerpen, tetapi lebih pendek dari novel. Jadi, panjangnya antara novel dan cerpen. Jika dikuantitaatifkan, jumlah dan halamannya sekitar 60 s.d 100 halaman. Itulah yang disebut novelet. Dalam penggarapan unsur-unsurnya : tokoh, alur, latar, dan unsur-unsur yang lain, novelet lebih luas cakupannya dari pada cerpen. Namun, dimaksudkan untuk memberi efek tunggal.

c)      Novel
Kata novel berasal dari bahasa Italia, novella yang berarti barang baru yang kecil. Novel kemudian berkembang di Inggris dan Amerika. Novel di wilayah ini awalnya berkembang dari bentuk-bentuk naratif nonfiksi, seperti surat, biografi dan sejarah. Namun seiring perkembangan zaman novel tidak hanya didasarkan pada data-data nonfiksi, pengarang bisa mengubah novel sesuai dengan imajinasi yang dikehendakinya.
Yang membedakan antara novel dan novelet adalah segi panjang dan keluasan cakupannya. Dalam novel, karena jauh lebih panjang, pengarang dapat menyajikan unsur-unsur pembangun novel itu : tokoh, plot, latar, tema dll. Secara lebih bebas banyak dan detail. Permasalahan yang diangkatnya pun lebih kompleks. Dengan demikian novel dapat diartikan sebagai cerita berbentuk prosa yang menyajikan permasalahn-permasalahan secara kompleks, dengan penggarapan unsur-unsurnya secara lebih luas dan rinci.

d)     Roman
Kehadiran dan keberadaan roman sebenarnya lebih tua dari pada novel. Roman (romance) berasal dari jenis sastra epik dan romansa abad pertengahan. Jenis sastra ini banyak berkisah tentang hal-hal yang sifatnya romantik, penuh dengan angan-angan, biasanya bertema kepahlawanan dan percintaan.
Istilah roman dalam sastra Indonesia diacu pada cerita-cerita yang ditulis dalam bahasa roman (bahasa rakyat Prancis abad pertengahan) yang masuk ke Indonesia melalui kesusastraan Belanda. Di Indonesia apa yang diistilahkan dengan roman, ternyata tidak berbeda dengan novel, baik bentuk, maupun isinya. Oleh karena itu, sebaiknya istilah roman dan novel disamakan saja.
Cerpen, novel/roman, dan novelet di atas berjenis-jenis lagi. Penjenisan itu dapat dilihat dari temanya, alirannya, maupun dari kategori usia pembaca.
Terkait dengan penjenisan berdasarkan kategori usia pembaca, kita mengenal pengistilahan sastra anak, sastra remaja, dan sastra dewasa. Sesuai dengan lingkup materi yang terdapat dalam kurikulum, pembahasan jenis prosa di atas akan dibatasi pada cerpen anak dan novel remaja.
·        Cerita Anak
Cerita anak, baik karya asli Indonesia, maupun terjemahan, mencakup rentang umur pembaca yang beragam, mulai rentang 3-5 tahun, 6-9 tahun, dan 10-12 tahun (bahkan 13 dan 14) tahun. Adapun bentuknya bermacam-macam, baik serial, cerita bergambar, maupun cerpen. Tema cerita anak juga beragam, mulai dari persahabatan, lingkungan, kemandirian anak, dan lain-lain. Sifatnya juga beragam. Dari segi sifatnya, cerita anak dalam khasanah sastra modern terdiri atas:
ü  cerita keajaiban, yakni cerita sihir dan peri yang gaib, yang biasanya melibatkan pula unsur percintaan dan petualangan. Contoh: Cinderella, Puteri Salju, Puteri Tidur, Tiga Keinginan, dan lain-lain.
ü  cerita fantasi, yaitu cerita yang 1) menggambarkan dunia yang tidak nyata; 2) dunia yang dibuat sangat mirip dengan kenyataan dan menceritakan hal-hal aneh; dan 3) menggambarkan suasana yang asing dan peristiwa-peristiwa yang sukar diterima akal. Macam-macamnya adalah: fantasi binatang, fantasi mainan dam boneka, fantasi dunia liliput, fantasi tentang alam gaib, dan fantasi tipu daya waktu.
ü  cerita fiksi ilmu pengetahuan, yakni cerita dengan unsur fantasi yang didasarkan pada hipotesis tentang ramalan yang masuk akal berdasarkan pengetahuan, teori, dan spekulasi ilmiah, misalnya cerita tentang petualangan di planet lain, makhluk luar angkasa, dan sejenisnya.

·       Novel remaja
Adalah novel yang ditulis untuk segmen pembaca remaja. Oleh karena yang ditujunya remaja, maka isi dan penyajiannya pun disesuaikan dengan dunia remaja. 6
Dari segi isinya, novel remaja biasanya berkisah tentang percintaan, persahabatan, permusuhan, atau petualangan. Bahasanya adalah bahasa khas remaja yang mengacu pada bahasa gaul: bahasa khas remaja kota. Dilihat dari jenis ceritanya, ada novel detektif, petualangan, juga novel drama.
 Dalam perkembangan sastra akhir-akhir ini, novel remaja dapat dikatakan mengalami booming. Begitu banyak novel remaja diterbitkan, begitu banyak penulis remaja, dan begitu banyak pula pembacanya sehingga banyak novel remaja dicetak ulang, dan banyak penulis remaja yang kewalahan meladeni pesanan penerbit.

2). Prosa Lama
Yang dimaksud dengan istilah prosa lama di sini adalah karya prosa yang hidup dan berkembang dalam masyarakat lama Indonesia, yakni masyarakat tradisional. di wilayah Nusantara. Jenis sastra ini pada awalnya muncul sebagai sastra lisan. Di antara jenis-jenis prosa lama itu adalah mite, legenda, fabel, hikayat, dan lain-lain. Jenis-jenis prosa lama tersebut sering pula diistilahkan dengan folklor (cerita rakyat), yakni cerita dalam kehidupan rakyat yang diwariskan dari generasi ke generasi secara lisan. Dalam istilah masyarakat umum, jenis-jenis tersebut sering disebut dengan dongeng.

ü  Dongeng, adalah cerita yang sepenuhmya merupakan hasil imajinasi atau khayalan pengarang di mana yang diceritakan seluruhnya belum pernah terjadi.
ü  Fabel adalah cerita rekaan tentang binatang dan dilakukan atau para pelakunya binatna g yang diperlakukan seperti manusia. Contoh: Cerita Si Kancil yang Cerdik, Kera Menipu Harimau, dan lain-lain.
ü  Hikayat adalah cerita, baik sejarah, maupun cerita roman fiktif, yang dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekedar untuk meramaikan pesta. Contoh; Hikayat Hang Tuah, Hikayat Seribu Satu Malam, dan lain-lain.
ü  Legenda adalah dongeng tentang suatu kejadian alam, asal-usul suatu tempat, benda, atau kejadian di suatu tempat atau daerah. Contoh: Asal Mula Tangkuban Perahu, Malin Kundang, Asal Mula Candi Prambanan, dan lain-lain.
ü  Mite adalah cerita yang mengandung dan berlatar belakang sejarah atau hal yang sudah dipercayai orang banyak bahwa cerita tersebut pernah terjadi dan mengandung hal-hal gaib dan kesaktian luar biasa. Contoh: Nyi Roro Kidul.
ü  Cerita Penggeli Hati, sering pula diistilahkan dengan cerita noodlehead karena terdapat dalam hampir semua budaya rakyat. Cerita-cerita ini mengandung unsur komedi (kelucuan), omong kosong, kemustahilan, ketololan dan kedunguan, tapi biasanya mengandung unsur kritik terhadap perilaku manusia/mayarakat. Contohnya adalah Cerita Si Kabayan, Pak Belalang, Lebai Malang, dan lain-lain.
ü  Cerita Perumpamaan adalah dongeng yang mengandung kiasan atau ibarat yang berisi nasihat dan bersifat mendidik. Sebagai contoh, orang pelit akan dinasihati dengan cerita seorang Haji Bakhil.
ü  Kisah adalah karya sastra lama yang berisi cerita tentang perjalanan atau pelayaran seseorang dari satu tempat ke tempat lain. Contoh: Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan, Kisah Abullah ke Jeddah, dan lain-lain.

C.    Unsur-unsur Prosa Fiksi
1).   Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar teks, namun secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi penciptaan karya itu. Unsur yang dimaksud di antaranya biografi pengarang, situasi dan kondisi sosial, sejarah, dan lain-lain. Unsur-unsur ini mempengaruhi karena pada dasarnya pengarang mencipta karya sastra berdasarkan pengalamannya. Pengetahuan seorang pembaca terhadap unsur-unsur ekstrinsik akan membantu pembaca memahami karya itu.
          2).    Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang hadir di dalam teks dan secara langsung membangun teks itu, dalam hal ini cerita karya prosa itu. Unsur-unsuir intrinsik karya prosa-fiksi adalah sebagai berikut :
ü  Tokoh dan Penokohan
Di dalam mengkaji unsur-unsur ini ada beberapa istilah yang mesti dipahami, yakni istilah tokoh, watak/karakter, dan penokohan. Tokoh adalah pelaku cerita. Tokoh ini tidak selalu berwujud manusia, tergantung pada siapa yang diceritakannya itu dalam cerita. Watak/karakter adalah sifat dan sikap para tokoh tersebut. Adapun penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh-tokoh dan watak-wataknya itu dalam cerita. Dalam melakukan penokohan (menampilkan tokoh-tokoh dan watak tokoh dalam suatu cerita), ada beberapa cara yang dilakukan pengarang, antara lain melalui
a) Penggambaran fisik. Pada teknik ini, pengarang menggambarkan keadaan fisik tokoh itu, misalnya wajahnya, bentuk tubuhnya, cara berpakaiannya, cara berjalannya, dan lain-lain. Dari penggambaran itu, pembaca bisa menafsirkan watak tokoh tersebut.
b) Dialog. Pengarang menggambarkan tokoh lewat percakapan tokoh tersebut dengan tokoh lain. Bahasa, isi pembicaraan, dan hal lainnya yang dipercakapkan tokoh tersebut menunjukan watak tokoh tersebut.
c) Penggambaran pikiran dan perasaan tokoh. Dalam karya fiksi, sering ditemukan penggambaran tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan tokoh. Penggambaran ini merupakan teknik yang juga digunakan pengarang untuk menunjukan watak tokoh.
d) Reaksi tokoh lain. Pada teknik ini pengarang menggambarkan watak tokoh lewat apa yang diucapkan tokoh lain tentang tokoh tesebut.
e) Narasi. Dalam teknik ini, pengarang (narator) yang langsung mengungkapkan watak tokoh itu.

ü  Alur dan Pengaluran
alur adalah rangkaian peristiwa yang saling berkaitan karena hubungan sebab akibat.  
ü  Latar
Latar dalam cerita dapat diklasifikasikan menjadi : 1) latar tempat, yaitu latar yang merupakan lokasi tempat terjadinya peristiwa cerita, baik itu nama kota, jalan, gedung, rumah, dan lain-lain; 2) latar waktu, yaitu latar yang berhubungan dangan saat terjadinya peristiwa cerita, apakah berupa penanggalan penyebutan peristiwa sejarah, penggambaran situasi malam, pagi, siang, sore, dan lain-lain; dan 3) latar sosial, yaitu keadaan yang berupa adat istiadat, budaya, nilai-nilai/norma, dan sejenisnya yang ada di tempat peristiwa cerita.

ü  Gaya Bahasa (Stile)
Dalam menyampaikan cerita, setiap pengarang ingin ceritanya punya daya sentuh dan efek yang kuat bagi pembaca. Oleh karena sarana karya prosa adalah bahasa, maka bahasa ini akan diolah semaksimal mungkin oleh pengarang dengan memaksimalkan gaya bahasa sebaik mungkin.

ü  Penceritaan
Penceritaan, atau sering disebut juga sudut pandang (point of view), yakni dilihat dari sudut mana pengarang (narator) bercerita.

ü  Tema
Tema adalah ide/gagasan yang ingin disampaikan pengarang dalam ceritanya. Tema ini akan diketahui setelah seluruh unsur prosa-fiksi itu dikaji.

D.    Apresiasi Prosa Fiksi: Manfaat, Langkah-langkah, dan Bentuk.
1).  Manfaat
Dalam kaitan ini, karya prosa sesungguhnya membantu pembaca untuk lebih memahami kehidupan dan memperkaya pandangan-pandangan tentang kehidupan. karena karya prosa menyuguhkannya dalam bentuk cerita, lewat penggambaran peristiwa-peristiwa, lewat penggambaran tokoh-tokohnya yang bermacam-macam karakter, dan lain-lain, gambaran tentang kehidupan itu akan terasa lebih hidup dan lebih menyentuh. Dengan membaca karya yang telah mengandung bahasa yang terolah tersebut, pembaca diperkaya bahasanya, diperkaya rasa bahasanya, dan sebagainya.

2). Langkah-Langkah Apresiasi
Apresiasi sastra adalah suatu kegiatan mengakrabi karya sastra untuk mendapatkan pemahaman, penghayatan, dan penikmatan terhadap karya itu hingga diperoleh kekayaan wawasan dan pengetahuan, kepekaan pikir, dan rasa terhadap berbagai segi kehidupan. Dari kegiatan tersebut akhirnya pula timbul kecintaan dan penghargaan terhadap cipta sastra. Demikian pula dengan apresiasi karya prosa-fiksi. Tujuan apresiasi prosa di atas akan diperoleh pembaca apabila ia melakukakan langkah-langkah:
a) membaca karya prosa tersebut hingga ia dapat merasakan keterlibatan jiwa dengan apa yang disampaikan dan diceritakan pengarang;
b) menilai dan melihat hubungan antara gagasan pengalaman yang ingin disampaikan pengarang dengan kemampuan teknis penggarang itu mengolah unsur-unsur prosa, seperti tokoh (penokohan), alur (pengaluran), latar, gaya bahasa, penceritaan dan tema; dan
c) menemukan relevansi karya itu dengan pengalaman pribadi dan kehidupan pada umumnya.

3). Bentuk Apresiasi
Mengapresiasi sastra, dalam hal ini karya prosa-fiksi, dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
a)      menyimak/menonton pembacaan atau dramatisasi cerpen/novel cerita rakyat, atau bentuk lainnya seperti monolog, yang dilakukan secara langsung atau lewat media elektronik;
b)      mendengarkan dongeng, baik secara langsung, maupun melalui rekaman;
c)      membaca cerpen/novel/cerita rakyat secara langsung dari teks-nya. Dari cara-cara tersebut, apresiator kemudian memberikan tanggapan (hasil apresiasinya) yang meliputi langkah-langkah apresiasi, baik secara lisan, maupun tulisan.




















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Prosa yang sejajar dengan istilah fiksi dapat diartikan : karya naratif yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, tidak sungguh-sungguh terjadi di dunia nyata. Tokoh, peristiwa dan latar dalam fiksi bersifat imajiner. Hal ini berbeda dengan karya non fiksi. Dalam non fiksi, tokoh peristiwa dan latar bersifat faktual atu dapat dibuktikan di dunia nyata. Prosa fiksi terbagi menjadi 2 yaitu prosa modern dan prosa lama. Prosa modern meliputi  Cerpen, novel, novelet dan roman termasuk jenis karya sastra prosa fiksi. Sedangkan prosa lama meliputi dongeng, fabel, hikayat, legenda, mitos, kisah dan lain-lain.

B.     Saran
Setelah membaca dan memahami makalah tentang Apresiasi Prosa Fiksi kita sebagai calon pendidik sebaiknya dapat mengimplementasikan dan menjelaskan dengan baik  apa yang dimaksud dengan Apresiasi Prosa Fiksi kepada peserta didik kelak.













DAFTAR PUSTAKA

Abrams, M.H. 1981. A Glossary of Literary Terms. New york: Holt, Rinehart and
Winston.

Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.

Keraf, Gorys. 1981. Diksi dan Gaya Bahasa. Ende Flores: Nusa Indah.

Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1995. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta :
            Gramedia.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan (terjemahan).
            Jakarta : Gramedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar