BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kesusastraan adalah bidang yang termasuk ruang lingkup
pembelajaran Bahasa Indonesia di samping kebahasaan. Materi yang tercakup dalam
kesusastraan adalah puisi, prosa, dan drama. Di dalam KTSP, dalam
pembelajarannya, materi itu terintegrasi dalam empat keterampilan berbahasa
(mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis). Keterintegrasian materi sastra
dalam empat keterampilan berbahasa tersebut tujuannya tiada lain adalah agar
para siswa memperoleh dan memiliki pengalaman berapresiasi sastra secara langsung.
Dengan pengalaman berapresiasi dan menggauli cipta sastra tersebut secara
langsung diharapkan tumbuh pemahaman, penghayatan, penikmatan, dan penghargaan
siswa terhadap cipta sastra sehingga siswa dapat memperoleh manfaat dalam
memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, meningkatkan pengetahuan, dan
kemampuan berbahasa. Dengan berapresiasi sastra, pengetahuan dan wawasan siswa
akan bertambah, kesadaran dan kepekaan perasaan, sosial, dan religinya akan
terasah, dan akan timbul penghargaan dan rasa bangga terhadap sastra Indonesia
sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Tulisan ini
difokuskan untuk membahas pembelajaran apresiasi prosa-fiksi berdasarkan KTSP.
Namun, sebelum membahas lebih jauh bagaimana pembelajaran apresiasi prosa-fiksi
tersebut dilakukan, penulis akan membahas terlebih dahulu berbagai hal teoritis
yang menyangkut apresiasi prosa-fiksi sesuai dengan lingkup materi yang
dicantumkan dalam Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah
yang dimaksud dengan prosa fiksi?
2. Apa
saja jenis-jenis prosa fiksi?
3. Unsur-unsur
apa saja yang terdapat pada prosa fiksi?
4. Apa
manfaat dari prosa fiksi?
5. Bagaimana
langkah-langkah dalam mengapresiasi prosa fiksi?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, maka tujuannya adalah:
1. Dapat
mengetahui pengertian dari prosa fiksi
2. Dapat
membedakan jenis-jenis prosa fiksi.
3. Dapat
mengetahui unsur-unsur intrinsik karya prosa fiksi.
4. Dapat menjelaskan cara pengekspresian karya
prosa fiksi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Prosa Fiksi
Kata Prosa diambil
dari bahasa Inggris, Prose. Kata ini
sebenarnya menyaran pada pengertian yang lebih luas, tidak hanya mencakup pada
tulisan yang digolongkan sebagai karya sastra, tetapi juga karya non fiksi,
seperti artikel, esai dan sebagainya
Agar tidak terjadi kekeliruan, pengertian prosa pada
pembahasan ini dibatasi pada prosa sebagai genre sastra. Dalam pengertian
kesastraan prosa sering diistilahkan fiksi, teks naratif atau wacana naratif.
Prosa yang sejajar dengan istilah fiksi dapat
diartikan : karya naratif yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, tidak
sungguh-sungguh terjadi di dunia nyata. Tokoh, peristiwa dan latar dalam fiksi
bersifat imajiner. Hal ini berbeda dengan karya non fiksi. Dalam non fiksi,
tokoh peristiwa dan latar bersifat faktual atu dapat dibuktikan di dunia nyata.
B.
Jenis-jenis
Prosa Fiksi
1).
Prosa Modern
Ada beberapa karya
prosa fiksi yaitu : cerpen, novelet, novel dan roman
a) Cerpen
(Cerita Pendek)
Sesuai dengan namanya, cerpen dapat
diartikan sebagai cerita berbentuk prosa pendek. Cerpen dilihat dari segi
panjangnya cukup bervariasi. Ada cerpen pendek (short short story), berkisar 500-an kata. Ada cerpen yang panjangnya
cukupan (middle short story), dan ada
cerpen yang panjang (long short story)
Yang terdiri atas puluhan ribu kata.
Dalam kesusastraan di Indonesia,
cerpen yang diistilahkan dengan short
short story, disebut dengan cerpen mini. Sudah ada antologi cerpen seperti
ini. Misalnya antologi : Ti Pulpen Nepi
Ka Pajaratan Cinta. Contoh cerpen-cerpen yang panjangnya sedang (middle short story) misalnya cerpen yang
dimuat di surat kabar. Adapun contoh cerpen yang ceritanya panjang (long short story) misalnya cerpen yang
dimuat di majalah.
b) Novelet
Di dalam khasanah prosa, ada cerita
yang yang panjangnya lebih panjang dari cerpen, tetapi lebih pendek dari novel.
Jadi, panjangnya antara novel dan cerpen. Jika dikuantitaatifkan, jumlah dan
halamannya sekitar 60 s.d 100 halaman. Itulah yang disebut novelet. Dalam
penggarapan unsur-unsurnya : tokoh, alur, latar, dan unsur-unsur yang lain,
novelet lebih luas cakupannya dari pada cerpen. Namun, dimaksudkan untuk
memberi efek tunggal.
c) Novel
Kata novel berasal dari bahasa
Italia, novella yang berarti barang
baru yang kecil. Novel kemudian berkembang di Inggris dan Amerika. Novel di
wilayah ini awalnya berkembang dari bentuk-bentuk naratif nonfiksi, seperti
surat, biografi dan sejarah. Namun seiring perkembangan zaman novel tidak hanya
didasarkan pada data-data nonfiksi, pengarang bisa mengubah novel sesuai dengan
imajinasi yang dikehendakinya.
Yang membedakan antara novel dan
novelet adalah segi panjang dan keluasan cakupannya. Dalam novel, karena jauh
lebih panjang, pengarang dapat menyajikan unsur-unsur pembangun novel itu :
tokoh, plot, latar, tema dll. Secara lebih bebas banyak dan detail.
Permasalahan yang diangkatnya pun lebih kompleks. Dengan demikian novel dapat
diartikan sebagai cerita berbentuk prosa yang menyajikan
permasalahn-permasalahan secara kompleks, dengan penggarapan unsur-unsurnya
secara lebih luas dan rinci.
d) Roman
Kehadiran dan keberadaan roman
sebenarnya lebih tua dari pada novel. Roman (romance) berasal dari jenis
sastra epik dan romansa abad pertengahan. Jenis sastra ini banyak berkisah
tentang hal-hal yang sifatnya romantik, penuh dengan angan-angan, biasanya
bertema kepahlawanan dan percintaan.
Istilah roman dalam sastra
Indonesia diacu pada cerita-cerita yang ditulis dalam bahasa roman (bahasa
rakyat Prancis abad pertengahan) yang masuk ke Indonesia melalui kesusastraan
Belanda. Di Indonesia apa yang diistilahkan dengan roman, ternyata tidak
berbeda dengan novel, baik bentuk, maupun isinya. Oleh karena itu, sebaiknya
istilah roman dan novel disamakan saja.
Cerpen, novel/roman, dan novelet di
atas berjenis-jenis lagi. Penjenisan itu dapat dilihat dari temanya, alirannya,
maupun dari kategori usia pembaca.
Terkait dengan penjenisan
berdasarkan kategori usia pembaca, kita mengenal pengistilahan sastra anak,
sastra remaja, dan sastra dewasa. Sesuai dengan lingkup materi yang terdapat
dalam kurikulum, pembahasan jenis prosa di atas akan dibatasi pada cerpen anak
dan novel remaja.
·
Cerita
Anak
Cerita anak, baik karya
asli Indonesia, maupun terjemahan, mencakup rentang umur pembaca yang beragam,
mulai rentang 3-5 tahun, 6-9 tahun, dan 10-12 tahun (bahkan 13 dan 14) tahun.
Adapun bentuknya bermacam-macam, baik serial, cerita bergambar, maupun cerpen.
Tema cerita anak juga beragam, mulai dari persahabatan, lingkungan, kemandirian
anak, dan lain-lain. Sifatnya juga beragam. Dari segi sifatnya, cerita anak
dalam khasanah sastra modern terdiri atas:
ü cerita keajaiban, yakni
cerita sihir dan peri yang gaib, yang biasanya melibatkan pula unsur percintaan
dan petualangan. Contoh: Cinderella, Puteri Salju, Puteri Tidur, Tiga
Keinginan, dan lain-lain.
ü cerita fantasi, yaitu cerita yang 1)
menggambarkan dunia yang tidak nyata; 2) dunia yang dibuat sangat mirip dengan
kenyataan dan menceritakan hal-hal aneh; dan 3) menggambarkan suasana yang
asing dan peristiwa-peristiwa yang sukar diterima akal. Macam-macamnya adalah:
fantasi binatang, fantasi mainan dam boneka, fantasi dunia liliput, fantasi
tentang alam gaib, dan fantasi tipu daya waktu.
ü cerita fiksi ilmu pengetahuan,
yakni cerita dengan unsur fantasi yang didasarkan pada hipotesis tentang
ramalan yang masuk akal berdasarkan pengetahuan, teori, dan spekulasi ilmiah,
misalnya cerita tentang petualangan di planet lain, makhluk luar angkasa, dan
sejenisnya.
· Novel remaja
Adalah novel yang ditulis untuk segmen pembaca remaja. Oleh karena
yang ditujunya remaja, maka isi dan penyajiannya pun disesuaikan dengan dunia
remaja. 6
Dari segi isinya, novel remaja biasanya berkisah tentang
percintaan, persahabatan, permusuhan, atau petualangan. Bahasanya adalah bahasa
khas remaja yang mengacu pada bahasa gaul: bahasa khas remaja kota. Dilihat
dari jenis ceritanya, ada novel detektif, petualangan, juga novel drama.
Dalam perkembangan sastra
akhir-akhir ini, novel remaja dapat dikatakan mengalami booming. Begitu
banyak novel remaja diterbitkan, begitu banyak penulis remaja, dan begitu
banyak pula pembacanya sehingga banyak novel remaja dicetak ulang, dan banyak
penulis remaja yang kewalahan meladeni pesanan penerbit.
2). Prosa Lama
Yang dimaksud dengan istilah prosa lama
di sini adalah karya prosa yang hidup dan berkembang dalam masyarakat lama
Indonesia, yakni masyarakat tradisional. di wilayah Nusantara. Jenis sastra ini
pada awalnya muncul sebagai sastra lisan. Di antara jenis-jenis prosa lama itu
adalah mite, legenda, fabel, hikayat, dan lain-lain. Jenis-jenis prosa lama
tersebut sering pula diistilahkan dengan folklor (cerita rakyat), yakni
cerita dalam kehidupan rakyat yang diwariskan dari generasi ke generasi secara
lisan. Dalam istilah masyarakat umum, jenis-jenis tersebut sering disebut
dengan dongeng.
ü Dongeng, adalah cerita yang
sepenuhmya merupakan hasil imajinasi atau khayalan pengarang di mana yang
diceritakan seluruhnya belum pernah terjadi.
ü Fabel adalah cerita rekaan tentang
binatang dan dilakukan atau para pelakunya binatna g yang diperlakukan seperti
manusia. Contoh: Cerita Si Kancil yang Cerdik, Kera Menipu Harimau, dan
lain-lain.
ü Hikayat adalah cerita, baik sejarah,
maupun cerita roman fiktif, yang dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat
juang, atau sekedar untuk meramaikan pesta. Contoh; Hikayat Hang Tuah, Hikayat
Seribu Satu Malam, dan lain-lain.
ü Legenda adalah dongeng tentang suatu
kejadian alam, asal-usul suatu tempat, benda, atau kejadian di suatu tempat
atau daerah. Contoh: Asal Mula Tangkuban Perahu, Malin Kundang, Asal Mula Candi
Prambanan, dan lain-lain.
ü Mite adalah cerita yang
mengandung dan berlatar belakang sejarah atau hal yang sudah dipercayai orang
banyak bahwa cerita tersebut pernah terjadi dan mengandung hal-hal gaib dan
kesaktian luar biasa. Contoh: Nyi Roro Kidul.
ü Cerita Penggeli Hati, sering
pula diistilahkan dengan cerita noodlehead karena terdapat dalam hampir
semua budaya rakyat. Cerita-cerita ini mengandung unsur komedi (kelucuan),
omong kosong, kemustahilan, ketololan dan kedunguan, tapi biasanya mengandung
unsur kritik terhadap perilaku manusia/mayarakat. Contohnya adalah Cerita Si
Kabayan, Pak Belalang, Lebai Malang, dan lain-lain.
ü Cerita Perumpamaan adalah dongeng
yang mengandung kiasan atau ibarat yang berisi nasihat dan bersifat mendidik.
Sebagai contoh, orang pelit akan dinasihati dengan cerita seorang Haji Bakhil.
ü
Kisah adalah karya sastra lama yang
berisi cerita tentang perjalanan atau pelayaran seseorang dari satu tempat ke
tempat lain. Contoh: Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri Kelantan, Kisah
Abullah ke Jeddah, dan lain-lain.
C.
Unsur-unsur Prosa Fiksi
1). Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar teks, namun
secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi penciptaan karya itu. Unsur
yang dimaksud di antaranya biografi pengarang, situasi dan kondisi sosial,
sejarah, dan lain-lain. Unsur-unsur ini mempengaruhi karena pada dasarnya
pengarang mencipta karya sastra berdasarkan pengalamannya. Pengetahuan seorang
pembaca terhadap unsur-unsur ekstrinsik akan membantu pembaca memahami karya
itu.
2).
Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang hadir di dalam teks
dan secara langsung membangun teks itu, dalam hal ini cerita karya prosa itu.
Unsur-unsuir intrinsik karya prosa-fiksi adalah sebagai berikut :
ü
Tokoh
dan Penokohan
Di
dalam mengkaji unsur-unsur ini ada beberapa istilah yang mesti dipahami, yakni
istilah tokoh, watak/karakter, dan penokohan. Tokoh adalah pelaku cerita. Tokoh
ini tidak selalu berwujud manusia, tergantung pada siapa yang diceritakannya
itu dalam cerita. Watak/karakter adalah sifat dan sikap para tokoh tersebut.
Adapun penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh-tokoh dan watak-wataknya
itu dalam cerita. Dalam melakukan penokohan (menampilkan tokoh-tokoh dan watak
tokoh dalam suatu cerita), ada beberapa cara yang dilakukan pengarang, antara
lain melalui
a) Penggambaran fisik.
Pada teknik ini, pengarang menggambarkan keadaan fisik tokoh itu, misalnya
wajahnya, bentuk tubuhnya, cara berpakaiannya, cara berjalannya, dan lain-lain.
Dari penggambaran itu, pembaca bisa menafsirkan watak tokoh tersebut.
b) Dialog.
Pengarang menggambarkan tokoh lewat percakapan tokoh tersebut dengan tokoh lain.
Bahasa, isi pembicaraan, dan hal lainnya yang dipercakapkan tokoh tersebut
menunjukan watak tokoh tersebut.
c) Penggambaran
pikiran dan perasaan tokoh. Dalam karya fiksi, sering ditemukan
penggambaran tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan tokoh. Penggambaran ini
merupakan teknik yang juga digunakan pengarang untuk menunjukan watak tokoh.
d) Reaksi tokoh lain.
Pada teknik ini pengarang menggambarkan watak tokoh lewat apa yang diucapkan
tokoh lain tentang tokoh tesebut.
e)
Narasi. Dalam teknik ini, pengarang (narator) yang langsung
mengungkapkan watak tokoh itu.
ü Alur dan Pengaluran
alur adalah rangkaian peristiwa yang
saling berkaitan karena hubungan sebab akibat.
ü Latar
Latar dalam cerita dapat
diklasifikasikan menjadi : 1) latar tempat, yaitu latar yang merupakan lokasi
tempat terjadinya peristiwa cerita, baik itu nama kota, jalan, gedung, rumah,
dan lain-lain; 2) latar waktu, yaitu latar yang berhubungan dangan saat
terjadinya peristiwa cerita, apakah berupa penanggalan penyebutan peristiwa sejarah,
penggambaran situasi malam, pagi, siang, sore, dan lain-lain; dan 3) latar
sosial, yaitu keadaan yang berupa adat istiadat, budaya, nilai-nilai/norma, dan
sejenisnya yang ada di tempat peristiwa cerita.
ü Gaya Bahasa (Stile)
Dalam menyampaikan cerita, setiap
pengarang ingin ceritanya punya daya sentuh dan efek yang kuat bagi pembaca.
Oleh karena sarana karya prosa adalah bahasa, maka bahasa ini akan diolah
semaksimal mungkin oleh pengarang dengan memaksimalkan gaya bahasa sebaik
mungkin.
ü Penceritaan
Penceritaan, atau sering disebut juga
sudut pandang (point of view), yakni dilihat dari sudut mana pengarang
(narator) bercerita.
ü Tema
Tema adalah ide/gagasan yang
ingin disampaikan pengarang dalam ceritanya. Tema ini akan diketahui setelah seluruh
unsur prosa-fiksi itu dikaji.
D.
Apresiasi Prosa Fiksi: Manfaat,
Langkah-langkah, dan Bentuk.
1).
Manfaat
Dalam kaitan ini, karya prosa sesungguhnya membantu
pembaca untuk lebih memahami kehidupan dan memperkaya pandangan-pandangan
tentang kehidupan. karena karya prosa menyuguhkannya dalam bentuk cerita, lewat
penggambaran peristiwa-peristiwa, lewat penggambaran tokoh-tokohnya yang
bermacam-macam karakter, dan lain-lain, gambaran tentang kehidupan itu akan
terasa lebih hidup dan lebih menyentuh. Dengan membaca karya yang telah
mengandung bahasa yang terolah tersebut, pembaca diperkaya bahasanya, diperkaya
rasa bahasanya, dan sebagainya.
2). Langkah-Langkah
Apresiasi
Apresiasi sastra adalah suatu kegiatan mengakrabi karya sastra
untuk mendapatkan pemahaman, penghayatan, dan penikmatan terhadap karya itu
hingga diperoleh kekayaan wawasan dan pengetahuan, kepekaan pikir, dan rasa
terhadap berbagai segi kehidupan. Dari kegiatan tersebut akhirnya pula timbul
kecintaan dan penghargaan terhadap cipta sastra. Demikian pula dengan apresiasi
karya prosa-fiksi. Tujuan apresiasi prosa di atas akan diperoleh pembaca
apabila ia melakukakan langkah-langkah:
a) membaca karya prosa tersebut
hingga ia dapat merasakan keterlibatan jiwa dengan apa yang disampaikan dan
diceritakan pengarang;
b) menilai dan melihat
hubungan antara gagasan pengalaman yang ingin disampaikan pengarang dengan
kemampuan teknis penggarang itu mengolah unsur-unsur prosa, seperti tokoh
(penokohan), alur (pengaluran), latar, gaya bahasa, penceritaan dan tema; dan
c)
menemukan relevansi karya itu dengan pengalaman pribadi dan kehidupan pada
umumnya.
3). Bentuk
Apresiasi
Mengapresiasi sastra,
dalam hal ini karya prosa-fiksi, dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
a) menyimak/menonton
pembacaan atau dramatisasi cerpen/novel cerita rakyat, atau bentuk lainnya
seperti monolog, yang dilakukan secara langsung atau lewat media elektronik;
b)
mendengarkan dongeng, baik secara
langsung, maupun melalui rekaman;
c)
membaca cerpen/novel/cerita rakyat
secara langsung dari teks-nya. Dari cara-cara tersebut, apresiator kemudian
memberikan tanggapan (hasil apresiasinya) yang meliputi langkah-langkah
apresiasi, baik secara lisan, maupun tulisan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Prosa
yang sejajar dengan istilah fiksi dapat diartikan : karya naratif yang
menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, tidak sungguh-sungguh terjadi di
dunia nyata. Tokoh, peristiwa dan latar dalam fiksi bersifat imajiner. Hal ini
berbeda dengan karya non fiksi. Dalam non fiksi, tokoh peristiwa dan latar
bersifat faktual atu dapat dibuktikan di dunia nyata. Prosa fiksi terbagi
menjadi 2 yaitu prosa modern dan prosa lama. Prosa modern meliputi Cerpen, novel, novelet dan roman termasuk
jenis karya sastra prosa fiksi. Sedangkan prosa lama meliputi dongeng, fabel,
hikayat, legenda, mitos, kisah dan lain-lain.
B.
Saran
Setelah membaca dan memahami makalah tentang Apresiasi Prosa Fiksi kita
sebagai calon pendidik sebaiknya dapat mengimplementasikan dan menjelaskan
dengan baik apa yang dimaksud dengan Apresiasi
Prosa Fiksi kepada peserta didik kelak.
DAFTAR
PUSTAKA
Abrams, M.H. 1981. A Glossary of
Literary Terms. New york: Holt, Rinehart and
Winston.
Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi
Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.
Keraf, Gorys. 1981. Diksi dan Gaya
Bahasa. Ende Flores: Nusa Indah.
Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1995. Apresiasi
Kesusastraan. Jakarta :
Gramedia.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori
Kesusastraan (terjemahan).
Jakarta
: Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar